Perkenalan
“Cinta tanpa keterikatan itu ringan.” – Norman O. Brown [1]
Keterikatan cemas melibatkan gaya relasional yang ditandai dengan keinginan kuat untuk kedekatan, takut ditinggalkan, dan sensitivitas tinggi terhadap ancaman hubungan. Individu dengan keterikatan cemas sering menunjukkan perilaku melekat atau tergantung, mengalami kekhawatiran yang berlebihan, dan bergumul dengan kepercayaan dan harga diri. Memahami keterikatan cemas memberikan wawasan tentang pola emosi dan perilaku yang dapat memengaruhi hubungan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Apa Itu Keterikatan Cemas?
Keterikatan cemas mengacu pada gaya keterikatan tertentu dalam hubungan interpersonal, yang ditandai dengan kebutuhan yang kuat akan kedekatan dan ketakutan akan pengabaian. Individu dengan keterikatan cemas cenderung menunjukkan perilaku hiperaktivasi, seperti mencari kepastian yang berlebihan, terus-menerus memantau ketersediaan pasangannya, dan mengungkapkan tekanan emosional yang intens saat mereka merasakan ancaman terhadap hubungan [2].
Penelitian menunjukkan bahwa keterikatan cemas berasal dari pengalaman anak usia dini. Pengasuhan yang tidak konsisten atau tidak dapat diprediksi pada anak usia dini dapat berkontribusi besar pada keterikatan yang cemas. Anak-anak yang tumbuh dengan pengasuh yang terkadang tanggap dan terkadang lalai atau tidak tanggap mengembangkan kepekaan yang tinggi terhadap tanda-tanda penolakan atau pengabaian. Lingkungan awal ini membentuk model kerja internal mereka, mengarahkan mereka untuk mengantisipasi penolakan dan merespons melalui kecemasan dalam hubungan orang dewasa [3].
Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dewasa dengan keterikatan cemas cenderung memiliki harga diri yang lebih rendah, ketidakpuasan hubungan yang lebih tinggi, dan tingkat konflik hubungan yang lebih tinggi. Mereka mungkin terlibat dalam “perilaku protes” untuk mendapatkan perhatian dan kedekatan dari pasangannya. Namun, secara paradoks, kecemasan dan kebutuhan akan jaminan dapat membuat pasangan menjauh, menciptakan siklus ketidakamanan dan ketidakstabilan hubungan [4].
Gejala Keterikatan Cemas
Gejala keterikatan cemas bermanifestasi dalam berbagai cara dan dapat secara signifikan memengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku hubungan individu. Gejala-gejala ini dapat bervariasi dalam intensitas dan dapat dipengaruhi oleh faktor individu dan kontekstual. Beberapa gejala umum dari keterikatan cemas adalah [5]:
- Hipersensitivitas terhadap Penolakan : Individu dengan keterikatan cemas menunjukkan kepekaan yang tinggi terhadap tanda-tanda penolakan atau pengabaian, dan mereka sering menafsirkan situasi yang ambigu sebagai indikator penolakan yang akan segera terjadi.
- Kebutuhan yang berlebihan untuk kepastian : Individu yang cemas sering mencari jaminan dan validasi yang berlebihan dari pasangannya untuk mengurangi ketakutan mereka akan pengabaian. Mereka mungkin terus-menerus mencari ekspresi cinta secara verbal dan fisik dan menjadi cemas atau tertekan jika kebutuhan ini tidak terpenuhi.
- Ketakutan akan Pengabaian : Keterikatan yang mencemaskan ditandai dengan rasa takut yang kuat akan pengabaian. Individu mungkin mengalami kecemasan yang signifikan ketika berpisah dari pasangannya atau khawatir berlebihan tentang stabilitas dan umur panjang hubungan mereka.
- Keasyikan dengan Hubungan : Individu yang cemas cenderung disibukkan dengan hubungan mereka. Mereka mungkin terus-menerus memikirkan pasangannya, memantau ketersediaannya, dan menganalisis interaksi untuk tanda-tanda penolakan atau ketidaktertarikan.
- Reaktivitas Emosional : Individu dengan keterikatan cemas dapat bereaksi berlebihan terhadap stresor hubungan. Mereka mungkin mengalami kecemasan, kecemburuan, dan perubahan suasana hati yang meningkat saat mereka merasakan ancaman terhadap hubungan.
Penyebab Keterikatan Cemas
Perkembangan keterikatan cemas dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, sebagaimana didukung oleh penelitian. Berikut adalah beberapa penyebab umum keterikatan cemas:
- Pengalaman Anak Usia Dini : Pengasuhan yang tidak konsisten atau tidak dapat diprediksi selama masa bayi dan anak usia dini dapat berkontribusi pada perkembangan keterikatan yang cemas. Pengasuh yang terkadang tanggap dan mengasuh tetapi di lain waktu lalai atau tidak tanggap dapat menciptakan lingkungan yang tidak pasti dan tidak aman bagi anak.
- Pengalaman Traumatis : Peristiwa traumatis, seperti kehilangan orang tua, pelecehan, atau pengabaian, dapat mengganggu pembentukan keterikatan yang aman dan meningkatkan kemungkinan berkembangnya keterikatan yang cemas. Pengalaman-pengalaman ini dapat menciptakan rasa takut yang tinggi akan pengabaian dan kebutuhan akan jaminan yang terus-menerus dalam hubungan di masa depan.
- Gaya Kelekatan Orang Tua : Gaya kelekatan orang tua atau pengasuh utama dapat mempengaruhi perkembangan kelekatan kecemasan anak. Orang tua yang menunjukkan gaya keterikatan cemas atau menghindar dapat memengaruhi pola keterikatan anak melalui pemodelan atau respons yang tidak memadai.
- Faktor Genetik dan Temperamental : Faktor genetik dan temperamental tertentu dapat mempengaruhi individu untuk mengembangkan keterikatan yang cemas. Misalnya, kepekaan yang meningkat terhadap stres atau kecenderungan genetik untuk kecemasan dapat meningkatkan kemungkinan mengembangkan keterikatan yang cemas.
- Pengalaman Hubungan Interpersonal dan Romantis : Pengalaman negatif dalam hubungan interpersonal atau romantis masa lalu, seperti pengkhianatan atau penolakan berulang, dapat berkontribusi untuk mengembangkan keterikatan yang cemas. Pengalaman-pengalaman ini memperkuat ketakutan individu akan pengabaian dan dapat mengarah pada pola mencari kepastian yang berlebihan dan menunjukkan perilaku gugup.
Memahami penyebab ini dapat membantu individu mendapatkan wawasan tentang pola keterikatan mereka dan memfasilitasi eksplorasi intervensi terapeutik untuk mendorong gaya keterikatan yang lebih aman dan hubungan yang lebih sehat [6].
Efek Keterikatan Cemas
Keterikatan cemas dapat secara signifikan memengaruhi kesejahteraan emosional individu dan hubungan interpersonal. Mengenali mereka bisa menjadi penting dalam memahami dampak keterikatan yang cemas. Berikut adalah beberapa efek umum dari keterikatan cemas [7]:
- Ketidakpuasan Hubungan : Individu dengan keterikatan cemas cenderung mengalami tingkat ketidakpuasan hubungan yang lebih tinggi. Mereka mungkin mengalami kesulitan mempercayai pasangan mereka, terus-menerus mencari kepastian, dan meningkatkan ketakutan akan pengabaian, yang mengarah pada meningkatnya konflik hubungan dan ketidakpuasan.
- Tekanan Emosional : Keterikatan cemas dikaitkan dengan tingkat tekanan emosional yang lebih tinggi. Individu mungkin mengalami tingkat kecemasan, kekhawatiran, dan kecemburuan yang meningkat dalam hubungan mereka. Mereka juga mungkin lebih rentan terhadap perubahan suasana hati dan kesulitan mengatur emosi mereka secara efektif.
- Harga Diri Rendah : Keterikatan cemas sering dikaitkan dengan harga diri yang lebih rendah. Individu dengan keterikatan cemas mungkin memiliki keyakinan negatif tentang nilai dan keinginan mereka, yang menyebabkan rasa tidak aman dan keraguan diri dalam hubungan mereka.
- Dependency and Clinginess : Individu yang cemas mungkin menunjukkan ketergantungan dan clinginess dalam hubungan. Mereka mungkin sangat bergantung pada pasangan mereka untuk validasi dan jaminan dan berjuang dengan kemandirian dan kemandirian.
- Ketidakstabilan Hubungan : Keterikatan cemas dikaitkan dengan tingkat ketidakstabilan hubungan yang lebih tinggi. Ketakutan terus-menerus akan pengabaian dan kebutuhan akan kepastian dapat menciptakan siklus kekacauan hubungan, yang menyebabkan seringnya putus atau fluktuasi.
Bagaimana Mengatasi Keterikatan Cemas?
Mengatasi keterikatan cemas melibatkan proses refleksi diri, pertumbuhan pribadi, dan mengembangkan pola hubungan yang lebih sehat. Penelitian menyarankan beberapa strategi yang dapat membantu mengatasi keterikatan cemas:
- Kesadaran Diri : Mengembangkan kesadaran diri sangat penting dalam mengenali dan memahami pola keterikatan kecemasan seseorang. Ini melibatkan eksplorasi ketakutan yang mendasari, rasa tidak aman, dan pemicu yang berkontribusi pada perilaku keterikatan saraf.
- Intervensi Terapeutik : Mencari terapi, khususnya terapi yang berfokus pada keterikatan, dapat memberikan ruang yang aman untuk mengeksplorasi dan mengatasi keterikatan yang cemas. Terapis dapat membantu individu menantang keyakinan negatif, mengembangkan mekanisme koping yang lebih sehat, dan menumbuhkan gaya keterikatan yang lebih aman.
- Mindfulness and Emotional Regulation : Teknik mindfulness dapat membantu individu mengelola emosi mereka dengan lebih efektif. Mengembangkan keterampilan pengaturan emosi dapat mengurangi kecemasan dan impulsif dalam hubungan.
- Membangun Hubungan yang Aman : Menumbuhkan hubungan dengan individu yang memberikan dukungan dan keamanan yang konsisten dapat membantu membentuk kembali pola keterikatan. Membangun hubungan yang aman memungkinkan individu untuk mengalami kepercayaan, dukungan, dan keamanan emosional.
- Self-Esteem and Self-Compassion : Mengerjakan harga diri dan self-compassion sangat penting dalam mengurangi ketergantungan pada validasi eksternal dan mengembangkan rasa diri yang lebih aman.
- Komunikasi dan Batasan : Mempelajari keterampilan komunikasi yang sehat dan menetapkan batasan yang jelas dalam hubungan dapat menumbuhkan keamanan dan mengurangi kecemasan.
Dengan secara aktif terlibat dalam strategi ini, individu secara bertahap dapat mengatasi kecemasan keterikatan, mengembangkan pola keterikatan yang lebih aman, dan mengalami hubungan yang lebih sehat dan memuaskan [8].
Kesimpulan
Keterikatan cemas adalah aspek signifikan dari hubungan interpersonal, yang berasal dari pengalaman hidup awal dan memengaruhi kesejahteraan emosional individu dan dinamika hubungan. Efek dari keterikatan cemas termasuk ketidakpuasan hubungan, tekanan emosional, dan harga diri rendah. Namun, dengan kesadaran diri, terapi, dan mengembangkan hubungan yang aman, individu dapat mengatasi keterikatan yang cemas dan memupuk pola keterikatan yang lebih sehat. Dengan secara aktif mengatasi keterikatan cemas, individu dapat bekerja untuk menciptakan hubungan yang lebih memuaskan dan aman.
Jika Anda menghadapi gejala keterikatan cemas, Anda dapat terhubung dengan konselor ahli kami atau menjelajahi lebih banyak konten di United We Care ! Di United We Care, tim ahli kebugaran dan kesehatan mental akan memandu Anda dengan metode terbaik untuk kesejahteraan Anda.
Referensi
[1]“Norman O. Brown Kutipan: ‘Cinta tanpa keterikatan itu ringan.,’” Norman O. Brown Kutipan: “Cinta tanpa keterikatan itu ringan.” https://quotefancy.com/quote/1563397/Norman-O-Brown-Love-without-attachment-is-light
[2] Mikulincer, M. dan Alat Cukur PR. , Lampiran di masa dewasa: Struktur, dinamika, dan perubahan . New York, AS: Guilford Press, 2007. [Online]. Tersedia: https://books.rediff.com/book/ISBN:1606236105
[3] C. Hazan dan P. Shaver, “Cinta romantis dikonseptualisasikan sebagai proses keterikatan.” Jurnal Kepribadian dan Psikologi Sosial , vol. 52, tidak. 3, hlm. 511–524, 1987, doi: 10.1037/0022-3514.52.3.511.
[4] BC Feeney dan J. Cassidy, “Memori Rekonstruktif Terkait Interaksi Konflik Remaja-Orang Tua: Pengaruh Representasi Terkait Lampiran pada Persepsi Langsung dan Perubahan Persepsi Seiring Waktu.,” Jurnal Kepribadian dan Psikologi Sosial , vol . 85, tidak. 5, hlm. 945–955, 2003, doi: 10.1037/0022-3514.85.5.945.
[5] JA Simpson dan WS Rholes, “Keterikatan dan hubungan: Tonggak sejarah dan arah masa depan,” Jurnal Hubungan Sosial dan Pribadi , vol. 27, tidak. 2, hlm. 173–180, Maret 2010, doi: 10.1177/0265407509360909.
[6] E. Waters, S. Merrick, D. Treboux, J. Crowell, dan L. Albersheim, “Keamanan Lampiran pada Masa Bayi dan Dewasa Awal: Studi Longitudinal Dua Puluh Tahun , ” Perkembangan Anak , vol. 71, tidak. 3, hlm. 684–689, Mei 2000, doi: 10.1111/1467-8624.00176.
[7] LE Evraire, JA Ludmer, dan DJA Dozois, “Pengaruh Gaya Keterikatan Priming pada Pencarian Kepastian yang Berlebihan dan Pencarian Umpan Balik Negatif dalam Depresi,” Jurnal Psikologi Sosial dan Klinis , vol. 33, tidak. 4, hlm. 295–318, April 2014, doi: 10.1521/jscp.2014.33.4.295.
[8] KB Carnelley, PR Pietromonaco, dan K. Jaffe, “Depresi, model kerja orang lain, dan fungsi hubungan.,” Jurnal Kepribadian dan Psikologi Sosial , vol. 66, tidak. 1, hlm. 127–140, 1994, doi: 10.1037/0022-3514.66.1.127.